Kusta – Gejala, Penyebab dan Pengobatan

Kusta – Gejala, Penyebab dan Pengobatan - Sungguh Mengejutkan, Indonesia darurat Kusta. Data saat ini tercatat jumlah penderita kusta baru mencapai 17 ribu jiwa (tahun 2014). Angka ini menempatkan Indonesia pada peringkat ke tiga sebagai negara dengan jumlah penderita kusta terbesar di dunia, setelah India dan Brasil.


Dirjen Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit KemenKes, Mohamad Subuh menyatakan bahwa salah satu hambatan memberantas kusta yaitu sulitnya mendeteksi penderita baru. Berikut ini panduan mengenai gejala, penyebab dan pengobatannya semoga dapat memberikan wawasan kepada masyarakat agar lebih waspada terhadap kusta.

Pengertian kusta

Kusta dikenal juga dengan nama penyakit Hansen atau lepra merupakan penyakit yang menyerang kulit, selaput lendir di saluran pernapasan atas, dan sistem saraf perifer, serta mata. Sistem saraf terserang dapat mengakibatkan penderita kusta mati rasa.
Kusta penyebabnya adalah sejenis bakteri yang membutuhkan waktu enam bulan sampai dengan 40 tahun untuk berkembang pada dalam tubuh manusia. Tanda dan gejala kusta dapat saja muncul sesudah bakteri menginfeksi tubuh si penderita selama dua sampai 10 tahun.
Walaupun dahulu pernah jadi penyakit yang ditakuti, sekarang kusta termasuk penyakit yang mudah untuk diobati. Ironisnya, samapi sekarang beberapa daerah di Indonesia masih diasumsikan sebagai area endemik kusta oleh WHO atau Organisasi Kesehatan Dunia.

Gejala Kusta

Gejala kusta sulit untuk diamati dan kemunculannya sangatlah lambat. Beberapa gejala kusta, di antaranya yaitu:
• Mengalami Mati rasa. Tidak dapat merasakan perubahan suhu bahkan sampai kehilangan sensasi sentuhan dan rasa nyeri atau sakit pada kulit.
• Terjadi pembesaran pembuluh darah, umumnya pada sekitar lutut dan siku.
• Mengalami perubahan bentuk dan atau kelainan di wajah.
• Hidung mengalami tersumbat atau mengalami mimisan.
• Kerusakan pada mata. Mata jadi kering dan sangat jarang mengedip, umumnya dirasakan sebelum munculnya tukak yang berukuran besar.
• Munculnya luka tetapi tidak terasa sakit.
• Menderita lemah otot, bahkan kelumpuhan.
• Hilangnya atau lepasnya jari jemari pasien.

WHO atau Organisasi Kesehatan Dunia menglompokan kusta kedalam dua jenis yang berdasarkan kondisi luka di kulit penderitanya, yaitu:
• Multibacillary. Terdapat luka kulit dengan adanya bakteri penyebab kusta pada bercak kusta di kulit.
• Paucibacillary. Terdapat luka kulit tanpa adanya bakteri penyebab kusta pada bercak kusta di kulit.

Penyebab Kusta dan Faktor Risiko

Mycobacterium leprae merupakan bakteri yang menjadi penyebab utama kusta. Bakteri jenis ini bisa tumbuh pesat di bagian tubuh manusia yang mempunyai suhu lebih dingin, seperti pada tangan, wajah, lutut dan kaki.
Mycobacterium leprae tergolong jenis bakteri yang hanya dapat tumbuh berkembang dalam beberapa hewan tertentu dan sel manusia. Cara penularan bakteri jenis ini yaitu melalui cairan yang berasal dari hidung yang umumnya menyebar ke udara saat penderitanya bersin atau batuk.
Selain itu terdapat juga faktor-faktor yang dapat memperbesar risiko seseorang untuk terjangkit penyakit kusta ini. Beberapa faktor risiko tersebut yaitu:
• Melakukan kontak fisik secara langsung dengan hewan penyebar bakteri kusta tanpa menggunakan sarung tangan. Beberapa hewan penyebar di antaranya yaitu simpanse afrika dan armadilo.
• Melakukan kontak fisik secara langusng dan rutin dengan penderita penyakit kusta.
• Tinggal di kawasan atau daerah endemik kusta.
• Mengalami cacat genetik pada sistem imunitas atau kekebalan tubuh.

Diagnosis Kusta

Paling banyak kasus kusta didiagnosis berdasarkan hasil temuan klinis, karena penderita kusta umumnya tinggal di daerah atau area yang minim peralatan laboratorium. Adanya bercak merah atau putih pada kulit yang mengalami mati rasa dan adanya penebalan saraf perifer atau saraf yang terletak di bawah kulit yang bisa diraba serasa membesar bahkan terlihat, yang seringkali dijadikan sebagai dasar pertimbangan diagnosis klinis penyakit kusta. Pada daerah endemik kusta, seseorang dapat dianggap terjangkit kusta apabila menampakan salah satu dari dua tanda utama seperti berikut ini:
• Adanya bercak merah atau putih pada kulit yang mengalami mati rasa.
• Sampel dari usapan kulit pasien positif mengandung bakteri penyebab penyakit kusta.

Pengobatan Kusta

Sebagian besar penderita kusta yang telah didiagnosis secara klinis akan diberikan kombinasi antibiotik sebagai langkah pengobatan selama enam bulan hingga dua tahun. Dokter harus memastikan jenis kustanya serta adanya tenaga medis yang bertugas mengawasi penderita untuk menentukan dosis, jenis antibiotik, serta durasi pengobatan kusta.
Pembedahan biasanya dijalankan sebagai proses lanjutan sesudah pengobatan antibiotik dilakukan. Tujuan prosedur pembedahan ini bagi penderita kusta yaitu:
• Menormalkan kembali fungsi saraf yang telah rusak.
• Memperbaiki kembali bentuk tubuh penderita yang telah cacat.
• Mengembalikan fungsi dari anggota tubuh yang rusak.

Kusta - Gejala, Penyebab dan Pengobatan


Risiko Komplikasi Kusta

Risiko komplikasi penyakit kusta bisa terjadi tergantung pada seberapa cepat kusta didiagnosis, serta seberapa cepat kusta diobati secara efektif. Beberapa komplikasi yang dimungkinkan terjadi bila kusta terlambat diobati yaitu:
• Kebas atau Mati rasa. Kehilangan kemampuan merasakan rasa sakit yang dapat membuat lebih berisiko cidera tanpa disadari dan lebih rentan terhadap infeksi.
• Otot semakin melemah.
• Kerusakan saraf yang permanen.
• Mengalami Cacat progresif. Misalnya kehilangan alis, cacat pada jari tangan, kaki, dan hidung.

Itulah informasi mengenai kutsa, gejala, penyebab dan pengobatannya, jangan lupa bagikan informasi ini kepada teman dan saudara anda agar lebih paham dan waspada terhadap kusta. Sampai ketemu lagi pada artikel menarik berikutnya...

0 Response to "Kusta – Gejala, Penyebab dan Pengobatan"

Post a Comment