Metode Penelitian Korelasional - Tujuan, Prosedur dan Macamnya

Pengertian Penelitian Korelasional

Gay dalam Sukardi (2008:166) menyatakan penelitian korelasi merupakan salah satu bagian penelitian ex–post facto karena pada umumnya peneliti tidak memanipulasi keadaan variabel yang ada dan langsung mencari adanya suatu hubungan dan tingkat hubungan variabel yang dinyatakan dalam koefisien korelasi.

Penelitian korelasi merupakan suatu penelitian yang melibatkan kegiatan pengumpulan data untuk menentukan, adakah hubungan dan tingkat hubungan antara 2 variabel atau lebih. Penelitian korelasi dilakukan, saat peneliti ingin mengetahui tentang ada atau tidaknya dan kuat lemahnya suatu hubungan variabel yang berkaitan dalam suatu objek atau subjek yang diteliti. Terdapatnya suatu hubungan dan tingkat variabel ini penting, karena dengan mengetahui tingkat hubungan yang ada, peneliti akan dapat mengembangkannya sesuai dengan tujuan penelitian.

Penelitian korelasi mempunyai 3 karakteristik penting bagi para peneliti yang akan menggunakannya. Tiga karakteristik tersebut, diantaranya yaitu:
1.  penelitian korelasi tepat bila variabel kompleks dan peneliti tidak memungkinkan untuk melakukan manipulasi dan mengontrol variabel seperti pada penelitian eksperimen,
2.   memungkinkan variabel dilakukan pengukuran secara intensif dalam setting atau lingkungan nyata, dan
3.   memungkinkan peneliti memperoleh derajat asosiasi yang signifikan.
(Sukardi, 2008:166)

Tujuan Penelitian Korelasional

Penelitian korelasional memiliki tujuan untuk menentukan ada apa tidaknya hubungan antara dua variabel atau lebih, kearah manakah hubungan tersebut positif atau negatif, dan seberapa jauh hubungan yang ada antara dua variabel atau lebih yang dapat diukur. Misalkan saja sperti hubungan antara kecerdasan dengan kreativitas, tinggi badan dengan umur, semangat dengan pencapaian, nilai bahasa Inggris dengan nilai statistika, dan sebagainya. Tujuan dari penyelidikan korelasional adalah untuk mengungkapkan atau menetapkan suatu hubungan atau menggunakan hubungan-hubungan dalam membuat prediksi atau prakiraan.

Pada penelitian korelasional, para peneliti umumnya hanya mendasarkan pada penampilan variabel secara natural atau sebagaimana adanya, tanpa memanipulasi atau mengatur kondisi variabel tersebut. Oleh karena itu, peneliti sebaiknya mengetahui cukup banyak alasan yang kuat untuk mempertahankan hasil hubungan yang ditemukan dalam suatu penelitian.

Penelitian korelasi lebih tepat, bila dalam penelitian peneliti memfokuskan usahanya dalam memperoleh informasi yang bisa menerangkan adanya fenomena atau kejadian yang kompleks melalui hubungan antar variabel. Sehingga, peneliti juga mampu melakukan eksplorasi studi menggunakan teknik korelasi parsial, yang mana peneliti mengeliminasi salah satu pengaruh variabel supaya bisa dilihat hubungan dua variabel yang dianggap penting saja.

Dalam bidang pendidikan, studi korelasi umumnya digunakan guna melakukan penelitian terhadap sejumlah variabel yang diperkirakan memiliki peranan yang signifikan dalam mencapai proses pembelajaran. Sebagai contoh, misalnya mengenai pencapaian hasil belajar dengan motivasi internal, intensitas kehadiran mengikuti kuliah, belajar strategi, dan lain sebagainya.

Para peneliti akan tepat menggunakan penelitian korelasi saat peneliti memiliki beberapa alasan penting, di antaranya yaitu sebagai berikut.
•    Adanya kebutuhan akan informasi bahwa ada hubungan antarvariabel yang mana koefisien korelasi dapat mencapainya.
•    Penelitian korelasi harus memperhitungkan manfaatnya jika variabel yang muncul tersebut kompleks, dan peneliti tidak mungkin bisa melakukan kontrol dan memanipulasi variabel-variabel itu.
•    Apabila dalam penelitian memungkinkan untuk melakukan pengukuran beberapa variabel dan hubungan yang ada dalam setting yang realistis. Dan alasan penting lain yaitu bahwa penelitian korelasi tepat dilakukan, bila salah satu tujuan penelitian adalah untuk mencapai formula prediksi, yaitu keadaan yang menunjukkan terdapatnya asumsi hubungan antar variabel.
Metode korelasional memungkinkan untuk para peneliti menganalisis hubungan antara sejumlah besar variabel  dalam suatu studi tunggal. Koefisien korelasi dapat memberikan ukuran tingkat dan arah hubungan. Penggunaan metode korelasional dapat ditujukan (1) untuk mengungkapkan hubungan antarvariabel dan (2) untuk memprediksi skor subjek pada suatu variabel melalui skor pada variabel lain.

Prosedur Dasar Penelitian Korelasional

Prosedur dasar penelitian korelasional dijelaskan lebih lanjut sebagai berikut ini.

1. Pemilihan Masalah

Studi korelasional bisa dirancang untuk menentukan variabel manakah dari suatu daftar variabel yang mungkin berhubungan, maupun untuk menguji hipotesis mengenai suatu hubungan yang diharapkan. Variabel yang dilibatkan dalam penelitian harus dilakukan seleksi berdasarkan penalaran induktif dan penalaran deduktif. Dengan kata lain, hubungan yang akan diteliti dan diselidiki haruslah didukung oleh teori atau diturunkan berdasarkan dari pengalaman.

2. Sampel dan Pemilihan Instrumen

Sampel untuk studi korelasional dapat dipilih dengan memakai metode sampling yang bisa diterima, dan 30 subjek dirasa sebagai ukuran sampel minimal yang bisa diterima. Dalam suatu penilitian, merupakan hal penting untuk memilih dan mengembangkan pengukuran yang reliabel dan valid terhadap suatu variabel yang hendak diteliti. Bila variabel tidak memadai dikumpulkan, maka koefisien korelasi yang diperoleh akan mewakili estimasi tingkat korelasi yang kurang bahkan tidak akurat. Kemudian bila pengukuran yang dilakukan tidak secara nyata benar-benar mengukur variabel yang diinginkan, maka koefisien yang dihasilkan tidak akan mengindikasikan hubungan yang diinginkan.

Sebagai contoh, peniliti hendak menentukan hubungan antara hasil belajar matematika dengan hasil belajar kimia. Bila penrliti memilih dan memakai tes keterampilan berhitung yang valid dan reliabel, koefisien korelasi yang diperoleh tidak akan menjadi perkiraan yang akurat dari hubungan yang diinginkan. Keterampilan berhitung siswa hanya merupakan satu jenis ketrampilan hasil belajar matematika; koefisien korelasi yang diperoleh akan mengindikasikan hubungan antara hasil belajar kimia dan satu jenis dari hasil belajar matematika yaitu keterampilan berhitung. Oleh sebab itu, peneliti haruslah berhati-hati dalam memilih dan memakai instrumen yang valid dan reliabel bagi tujuan penelitian.

3. Desain dan Prosedur

Desain korelasional dasar sangatlah sederhana; 2 atau lebih skor yang didapatkan dari setiap jumlah sampel yang dipilih, 1 skor untuk setiap variabel yang diteliti, dan skor berpasangan kemudian dikorelasikan. Koefisien korelasi yang diperoleh mengindikasikan tingkatan atau derajat hubungan antara kedua variabel tersebut. Penelitian yang berbeda menyelidiki sejumlah variabel, dan beberapa penggunaan prosedur statistik yang kompleks, namun desain dasar tetaplah sama dalam semua penelitian korelasional

4. Analisis Data dan Interpretasi

Jika 2 variabel dikorelasikan maka hasilnya yaitu koefisien korelasi. Suatu koefisien korelasi dalam bentuk angka desimal, antara 0,00 dan + 1,00, atau 0,00 dan – 1,00, yang mengindikasikan tingkat atau derajat hubungan antara 2 variabel. Bila koefisien mendekati + 1,00; maka kedua variabel tersebut memiliki hubungan yang positif. Hal ini dapat diartikan bahwa seseorang yang mempunyai skor yang tinggi pada suatu variabel tertentu akan mempunyai skor yang tinggi pula pada variabel yang lain. Dapat juga diartikan suatu peningkatan pada suatu variabel berhubungan atau diasosiasikan dengan peningkatan juga pada variabel lain.

Apabila koefisien korelasi mendekati 0,00 kedua variabel tersebut tidak mempunyai hubungan. Hal ini dapat diartikan bahwa skor seseorang pada suatu variabel tertentu tidak mengindikasikan skor orang tersebut pada variabel yang lain. Bila koefisien tersebut mendekati -1,00, maka diartikan kedua variabel memiliki hubungan yang berkebalikan atau negatif. Hal ini diartikan bahwa seseorang dengan skor tinggi pada suatu variabel tertentu akan mempunyai skor yang rendah pada variabel yang lain, atau peningkatan pada suatu variabel akan diasosiasikan dengan penurunan pada variabel lain, dan begitu juga sebaliknya.

Interpretasi suatu koefisien korelasi tergantung pada bagaimana koefisien tersebut akan digunakan. Dengan kata lain, seberapa besar koefisien tersebut diperlukan supaya bermanfaat tergantung pada tujuan perhitunganya. Dalam studi yang dirancang guna menyelidiki atau hubungan yang dihipotesiskan, suatu koefisien korelasi diinterprestasikan pada suatu istilah signifikansi statistiknya. Dalam penelitian prediksi, signifikansi statistik merupakan nilai kedua dari koefisien dalam memudahkan prediksi yang tepat dan akurat. Signifikansi statistik mengacu kepada, apakah koefisiensi yang didapatkan berbeda secara nyata dari zero (0) dan mencerminkan hubungan yang benar, bukan suatu kemungkinan hubungan, keputusan berdasarkan signifikansi statistik dihasilkan pada suatu level kemungkinan (probability) yang diberikan. Dengan kata lain, berdasarkan pada ukuran sampel yang diberikan, peneliti tidak bisa menentukan secara positif apakah ada atau tidak ada hubungan yang benar antara dua variabel, tetapi peneliti bisa mengatakan secara probabilitas ada atau tidak ada hubungan.

Untuk menentukan signifikansi statistik, peneliti hanya mengonsultasikanya pada sebuah tabel yang mampu mengatakan pada peneliti seberapa besar koefisiensi diperlukan untuk menjadi signifikan pada level probabilitas yang diberikan. Untuk suatu level probabillitas yang sama, atau level signifikansi yang sama, koefisien yang besar diperlukan jika sampel yang lebih kecil dilibatkan. Kita secara umum memiliki lebih banyak bukti dalam koefisien yang berdasarkan pada 100 subjek dari pada 10 subjek. Dengan demikian, sebagai contoh, pada level bukti 95% dengan 10 kasus, Peneliti akan membutuhkan sekurangnya koefisien 0,6319 supaya bisa menyimpulkan eksistensi suatu hubungan; pada pihak lain, dengan 102 kasus peneliti hanya memerlukan koefisiensi 0,1946. Konsep seperti ini berarti bahwa peneliti memerhatikan kasus tersebut, saat peneliti akan mengumpulkan data pada setiap anggota populasi, bukan hanya sampel. Dalam kasus ini, tidak ada kesimpulan yang dilibatkan, dan tanpa memerhatikan seberapa kecil koefisiensi korelasi yang ada, itu akan mewakili derajat korelasi yang benar antara variabel untuk populasi tersebut.

Ketika penginterprestasian suatu koefisien korelasi, peneliti harus selalu ingat bahwa peneliti hanya berbicara tentang suatu hubungan, bukan hubungan sebab-akibat. Koefisiensi korelasi yang signifikan mungkin menyarankan hubungan sebab-akibat akan tetapi tidak menetapkannya. Hanya ada 1 cara untuk menetapkan hubungan sebab-akibat, yaitu penelitian eksperimen. Jika seseorang menemukan hubungan yang dekat antara 2 variabel, hal tersebut sering kali menggoda untuk menyimpulkan bahwa 1 variabel menyebabkan variabel yang lain. Pada kenyataannya, hal itu mungkin tidak saling mempengaruhi; mungkin terdapat variabel ketiga yang mempengaruhi kedua variabel tersebut.


Macam-Macam Studi Korelasional

1. Studi Hubungan

Studi hubungan biasanya dilakukan dalam usaha mendapatkan pemahaman faktor apa saja atau variabel yang berhubungan dengan variabel yang kompleks, misalnya seperti hasil belajar akademik, konsep diri dan motivasi. Variabel yang diketahui tidak mempunyai hubungan dapat dieliminasi dari perhatian atau pertimbangan yang selanjutnya. Identifikasi variabel yang berhubungan dapat membantu beberapa tujuan utama. Pertama, studi hubungan dapat memberikan arah untuk melanjutkan studi kausal-komparatif ataupun eksperimental.

Dalam studi kausal - komparatif dan eksperimental, peneliti juga berkonsentrasi terhadap pengontrolan variabel selain variabel bebas, yang mungkin saja berhubungan dengan variabel terikat dan menyingkirkan pengaruhnya agar tidak bercampur dengan pengaruh variabel bebas. Studi hubungan dapat membantu peneliti mengidentifkasi variabel-variabel seperti itu, yang berguna untuk mengontrol, dan selanjutnya menyelidiki pengaruh variabel bebas yang sesungguhnya.

2. Studi Prediksi

Bila variabel mempunyai hubungan yang signifikan, skor pada satu variabel dapat dipakai untuk memprediksikan skor pada variabel yang lainnya. Sebagai contoh, Peringkat SMA, dapat dipakai untuk memprediksikan peringkat di perguruan tinggi. Variabel yang mendasar pembuatan diacu sebagai kriteria.

Studi prediksi sering dilakukan guna memudahkan dalam pengambilan suatu kesimpulan mengenai individu atau membantu dalam pemilihan individu. Studi prediksi juga dijalankan guna menguji hipotesis teoretis tentang variabel yang dipercaya menjadi pediktor pad suatu kriteria, dan guna menentukan validitas prediktif dari instrumen pengukuran individual. Sebagai contoh, hasil studi prediksi digunakan untuk memprediksikan level keberhasilan yang kemungkinan diperoleh individu pada mata pelajaran tertentu, mislanya aljabar pada tahun pertama untuk memprediksikan individu mana yang kemungkinan sukses di perguruan tinggi atau untuk memprediksikan dalam bidang studi mana seseorang individu mungkin yang paling sukses.

Bila beberapa variabel prediktor masing-masing mempunyai hubungan dengan suatu variabel kriteria, prediksi yang didasarkan pada kombinasi dari beberapa variabel tersebut akan lebih akurat daripada didasarkan hanya pada salah satu darinya. Sebagai contoh, prediksi kesuksesan di perguruan tinggi umumnya didasarkan pada kombinasi beberapa faktor, seperti rangking dalam peringkat kelas, peringkat SMA, dan skor pada ujian masuk perguruan tinggi. Meskipun terdapat beberapa perbedaan utama antara studi prediksi dengan studi hubungan, keduanya melibatkan penentuan hubungan antara sejumlah variabel yang diidentifikasi dan variabel kompleks.

3. Korelasi dan Kausalitas

Penelitian korelasional merupakan suatu studi bertujuan untuk mengungkapkan hubungan antar variabel melalui penggunaan statistik korelasional (r). Kuadrat dari koefisien korelasi akan menghasilkan varians yang dijelaskan (r-square). Suatu hubungan korelasional antara 2 variabel kadang kala merupakan hasil dari sumber lain, jadi peneliti haruslah hati-hati dan korelasi tidaklah harus menjelaskan sebab dan akibat. Bila suatu hubungan yang kuat ditemukan antara 2 variabel, kausalitas dapat diuji melalui pemakaian pendekatan eksperimental.

Berbagai rancangan penelitian korelasional umumnya didasarkan pada asumsi bahwa realitas lebih baik dideskripsikan sebagai suatu jaringan timbal balik dan penginteraksian daripada hubungan kausal. Sesuatu memengaruhi dan dipengaruhi oleh sesuatu yang lain. Jaringan hubungan ini tidak linier, seperti dalam penelitian eksperimental. Dengan demikian, dinamika suatu sistem-bagaimana setiap bagian yang lain-lebih penting kausalitas. Sebagai suatu kaidah, rancangan korelasional seperti analisis jalur (path analysis) dan rancangan panel lintas-akhir (cross-lagged panel designs) membolehkan pernyataan-pernyataan kausal. Penelitian korelasional adalah kuantitatif (ibid). 

Metode Penelitian Korelasional


Rancangan Penelitian Korelasional

Penelitian korelasional mempunyai bermacam jenis rancangan dianataranya, yaitu (1) korelasi bivariat, (2) regresi dan prediksi (3) regresi jamak, (4) analisis faktor, dan (5) rancangan korelasi yang digunakan untuk membuat kesimpulan kausal. (Shaughnessy & Zechmeister,2000:2-5). Rancangan penelitian tersebut dijelaskan sebagai berikut:

1.    Korelasi Bivariat

Rancangan penelitian korelasi bivariat merupakan suatu rancangan penelitian yang memiliki tujuan untuk mendeskripsikan hubungan antara dua variabel. Hubungan antara 2 variabel tersebut diukur. Hubungan tersebut mempunyai tingkatan dan arah.

Tingkat hubungan menunjukkan bagaimana atau seberapa kuatnya hubungan tersebut, umumnya diungkapkan dalam angka antara -1 dan +1, tingkatan hubungan itu dinamakan koefisien korelasi. Korelai zero (0) mengindikasikan tidak adaanya hubungan antarvariabel. Koefisiensi korelasi yang bergerak ke arah -1 atau +1, merupakan korelasi sempurna pada kedua ekstrem. Arah hubungan diindikasikan dengan semakin tinggi skor pada suatu variabel, semakin tinggi pula skor pada variabel lain dan begitu pula sebaliknya. Hubungan antara prestasi dan motivasi belajar merupakan contoh korelasi positif. Sedangkan, hubungan antara sehat dan sres merupakan contoh korelasi negatif.

2.    Regresi dan Prediksi

Bila terdapat korelasi antara 2 variabel, dan peneliti mengetahui skor pada salah satu variabel, peneliti dapat meprediksikan skor pada variabel kedua. Regresi merujuk pada seberapa baik peneliti bisa membuat prediksi semacam ini. Sebagaimana pendekatan koefisien korelasi baik yang bernilai -1 maupun +1, prediksi peneliti dapat lebih baik. Sebagai contoh, terdapat hubungan antara kesehatan dan stres. Jika peneliti mengetahui skor stres seseorang, maka peneliti mampu memprediksikan skor kesehatan seseorang tersebut dimasa yang akan datang.

3.    Regresi Jamak (Multiple Regression)

Regresi jamak adalah perluasan regresi dan prediksi sederhana dengan menambahkan beberapa variabel. Kombinasi beberapa variabel ini dapat memberikan lebih banyak kekuatan kepada peneliti untuk membuat prediksi yang lebih akurat. Apa yang peneliti prediksikan disebut variabel kriteria (criterion variabel). Apa yang peneliti gunakan untuk membuat prediksi, sedangkan variabel-variabel yang telah diketahui, disebut variabel prediktor (predictor variables).

Jika peneliti tidak hanya mengetahui skor stres, akan tetapi juga mengetahui skor perilaku kesehatan atau seberapa baik seseorang memperhatikan dirinya sendiri, dan bagaimana kesehatan seseorang selama ini secara umum sehat atau sakit, maka peneliti akan lebih dapat memprediksikan secara lebih tepat status kesehatan seseorang tersebut. Dengan demikian, terdapat tiga variabel prediktor stres, perilaku kesehatan, dan status kesehatan sebelumnya, dan satu variabel kriteria, yaitu kesehatan di masa akan datang.

4.    Analisis faktor

Prosedur statistik yang satu ini mengidentifikasi pola variabel yang ada. Sejumlah besar variabel dikorelasikan dan terdapatnya antar korelasi yang tinggi mengindikasikan suatu faktor penting yang umum.

Sebagai contoh, peneliti dapat mengukur sejumlah besar aspek kesehatan fisik, mental, emosi, dan spiritual. Setiap pertanyaan akan memberikan kepada peneliti suatu skor. Korelasi yang tinggi baik positif itu maupun negatif antara beberapa skor ini akan mengindikasikan faktor penting yang bersifat umum. Banyak pertanyaan berbeda yang dapat diberikan, yang kemungkinan dapat mengukur faktor kesehatan emosional. Dalam kasus ini akan terdapat korelasi yang tinggi antara pertanyaan tentang marah, depresi, cemas, dan seterusnya. Atau di lain pihak, bila masing-masing pertanyaan merupakan faktor terpisah, akan terdapat korelasi yang kecil antara pertanyaan yang berhubungan dengan marah, depresi, cemas, dan seterusnya.

5.    Rancangan Korelasional yang Digunakan untuk Menarik Kesimpulan Kausal

Terdapat 2 rancangan yang bisa digunakan guna membuat pernyataan-pernyataan tentang sebab dan akibat menggunakan metode korelasional. Rancangan tersebut yaitu rancangan analisis jalur (path analysis design) dan rancangan panel lintas-akhir (cross-lagged panel design).

Analisis jalur digunakan untuk menentukan yang mana dari sejumlah jalur yang menghubungkan satu variabel dengan variabel lainnya. Sebagai contoh, peneliti mengetahui adanya suatu hubungan antara kesehatan dan stres. Analsis jalur digunakan untuk memperlihatkan bahwa terdapat jalur kecil melalui psikologi, jalur utama yang berhubungan dengan kesehatan dan stres melalui perilaku sehat. Artinya kita mengetahui bahwa stres memengaruhi faktor-faktor psikologi seperti coronary dan fungsi-fungsi kekebalan. Kita juga mengetahui bahwa kita stres, kita menghentikan kehati-hatian terhadap diri kita, kita kurang tidur, makan kurang baik, gagal memperoleh latihan-latihan yang layak, dan seterusnya. Penelitian memperlihatkan bahwa terdapat hubungan yang lebih kuat antara stres, perilaku sehat, dan kesehatan daripada antara stres, psikologi, dan kesehatan. Penelitian ini menggunakan statistik korelasi untuk menggambarkan kesimpulan ini.


6.    Analisis Sistem (System Analysis)

Analisis sistem melibatkan penggunaan prosedur matemetik yang kompleks atau rumit guna menentukan proses dinamik, mislanya seperti perubahan sepanjang waktu, jerat umpan balik, serta aliran dan unsur hubungan. Sebagai contoh, sistem analisis digunakan untuk menggambarkan atau membuat diagram perbedaan antara SMP yang berhasil dan SMP yang gagal. Beberapa unsur dari sistem ini adalah harapan guru terhadap usaha pengajaran, performasi siswa, dan performasi siswa. Masing-masing unsur ini saling memengaruhi dan berubah sepanjang waktu.


Kesalahan dalam Penelitian Korelasional

Kesalahan-kesalahan yang sering kali dilakukan oleh peneliti dalam penelitian korelasional yaitusebagai berikut.
•    Peneliti memilih statistik yang tidak tepat
•    Peneliti berasumsi bahwa korelasi merupakan bukti sebab akibat
•    Peneliti bertumpu pada pendekatan sekali tembak (shotgun approach)
•    Peneliti tidak melakukan studi validitas silang
•    Peneliti menggunakan analisis bivariat ketika multivariat yang lebih tepat
•    Peneliti salah tafsir terhadap signifikansi praktis atau statistik dalam suatu studi.
•    Peneliti menggunakan analisis jalur atau LISER tanpa peninjauan asumsi-asumsi (teori)
•    Peneliti gagal menentukan suatu variabel kausal penting dalam perencanaan suatu analisis jalur


Kelebihan dan Kelemahan Penelitian Korelasional

Penelitian korelasional mempunyai kelebihan antara lain yaitu: kemampuannya untuk menyelidiki hubungan antara beberapa variabel secara bersama-sama (simultan); dan penelitian korelasional juga mampu memberikan informasi  tentang derajat kekuatan hubungan antara variabel-variabel yang diteliti. Selanjutnya, penelitian ini bermanfaat untuk mengatasi masalah yang berkaitan dengan bidang pendidikan, sosial, ekonomi. Penelitian korelasional ini juga memungkinkan untuk menyelidiki beberapa variabel yang diselidiki secara intensif dan penelitian ini bisa melakukan analisis prediksi tanpa membutuhkan sampel yang besar.

Sedangkan, untuk kelemahan penelitian korelasional diantaranya: hasilnya hanya mengidentifikasi sesuatu sejalan dengan sesuatu, tidak harus menunjukkan saling hubungan yang bersifat kausal; bila dibandingkan dengan penelitian eksperimental, penelitian korelasional ini kurang tertib dan ketat, karena kurang melakukan pengontrolan terhadap variabel-variabel bebasnya; pola saling berhubungan itu sering tidak menentu dan kabur atau kurang jelas; sering merangsang penggunanya sebagai semacam short-gun approach, yaitu memasukan berbagai data tanpa melakukan pemilihan dan menggunakan setiap interpretasi yang berguna atau bermakna.


1 Response to "Metode Penelitian Korelasional - Tujuan, Prosedur dan Macamnya"

  1. terimakasih, sumbangan ilmunya sangat bermanfaat, semoga menjadi kebaikan

    ReplyDelete