Masalah
Penelitian - Pada umumnya penelitian berangkat dari suatu masalah tertentu,
karena penelitian bertujuan memecahkan masalah yang ada. Penelitian yang
sistematis dimulai dengan suatu permasalahan atau persoalan. John Dewey
mengatakan bahwa langkah pertama pada suatu metode ilmiah adalah pengakuan
adanya kesukaran, hambatan atau pun masalah yang membingungkan peneliti (Ary,
Jacobs, dan Razavieh, 1982: 73). Bagaikan sebuah percakapan tanya jawab,
masalah merupakan pertanyaannya sedangkan jawaban dari masalah akan dicari pada
proses penelitian. Meneliti merupakan usaha untuk mendapatkan jawaban dari
masalah yang sedang dihadapi.
Rasa ingin
tahu atau coriusity merupakan sifat alamiah yang dimiliki oleh manusia,
sehingga merka selalu mencari tahu tentang apa saja yang tidak diketahu
olehnya. Masalah mencerminkan ketidaktahuan seorang manusia. Sedangkan
penelitian merupakan suatu cara atau usaha manusia untuk mengatasi
ketidaktahuan, sehingga masalah itu bisa berubah menjadi pengetahuan.
Pengetahuan yang telah diperoleh melalui aktivitas penelitian akan mempersempit
wilayah ketidaktahuan mereka karena telah menjadi pengetahuan manusia itu
sendiri.
Kedudukan
masalah di dalam kegiatan penelitian sangatlah penting. Pemecahan masalah
separuhnya ditentukan oleh kebenaran dan ketepatan dalam perumusan masalah
tersebut. Pemecahan masalah tidak bisa diharapkan dari pertanyaan-pertanyaan
masalah yang salah. Pertanyaan masalah nantinya akan menentukan metode
penelitian, cara pengumpulan data jenis data dan teknik analisis data yang akan
dipakai. Oleh karena itu, bagian ini dibahas mengenai masalah dan perumusan
masalah di dalam suatu penelitian.
PENGERTIAN MASALAH
Seperti yang
telah disebutkan sebelumnya bahwa pada dasarnya penelitian dilaksanakan dengan
tujuan agar mendapatkan data, yang antara lain bisa dipakai untuk memecahkan
suatu masalah. Oleh sebab itu, setiap penelitian yang hendak dilakukan harus
selalu berawal dari masalah. Seperti yang telah dinyatakan oleh Emory (1985),
bahwa baik itu penelitian murni maupun terapan, kesemuanya itu berangkat dari
masalah, hanya pada penelitian terapan saja yang hasilnya dapat langsung
dipakai untuk membuat suatu keputusan.
Jadi, setiap
penelitian yang hendak dilaksanakan harus selalu berangkat dari masalah,
meskipun banyak yang mengakui bahwa memilih masalah penelitian sering kali
menjadi tahap yang paling susah dalam proses penelitian (Tuckman, 1985). Jika
dalam penelitian peneliti telah mampu menemukan masalah yang benar - benar
masalah, maka sesungguhnya pekerjaan dari penelitian itu telah selesai sebesar
50%. Hal tersebut diperkuat oleh pernyataan Sugiyono (2013) yaitu menemukan
masalah dalam penelitian merupakan pekerjaan yang tidak gampang, akan tetapi
setelah masalah bisa ditemukan, maka pekerjaan penelitian akan segera bisa
dilaksanakan.
Masalah
berkaitan erat dengan kesenjangan (gap) yang harus diisi atau setidaknya
kesenjangan tersebut dipersempit. Masalah juga dapat memunculkan suatu celah
(void) ruang ketidaktahuan. Masalah dapat disimpulkan sebagai suatu kesenjangan
antara harapan (das sollen) dengan kenyataan (das sein), antara yang seharusnya
(what should be) dengan yang ada (what
it is), antara kebutuhan dengan yang tersedia (Suryabrata, 1994: 60).
Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk menutup kesenjangan (what can be)
tersebut.
Kesenjangan
masalah menimbulkan kebutuhan, untuk menutup kebutuhan itu maka dilakukan
dengan mencari jawaban atas pertanyaan yang memunculkan kesenjangan tersebut.
Kegiatan untuk menutup kesenjangan dilakukan dengan jalan suatu penelitian.
Sehingga dapat pula dikatakan, bahwa penelitian suatu kegitan mencari suatu
jawaban yang masih belum diketahui, memenuhi kebutuhan yang masih belum
tersedia, dan menyediakan yang belum ada. Hal tersebut sejalan dengan pernytaan
Purwanto (2010:108-109), bahwa penelitian diharapkan bisa memecahkan masalah
atau setidak - tidaknya memperkecil kesenjangan yang ditimbul oleh masalah
tersebut.
SUMBER MASALAH
Sumber
masalah dalam suatu penelitian bisa berasal dari berbagai sumber. Menurut Mac
Millan dan Schumacher (Hadjar, 1996: 40-42), masalah bisa bersumber dari
observasi, hasil deduksi dari suatu teori, ulasan kepustakaan, masalah sosial
yang saat ini sedang terjadi, situasi praktis dan juga bisa bersumber dari
pengalaman pribadi. Masing - masing sumber dapat dijelaskan sebagaimana
berikut:
1) Observasi
Observasi
adalah sumber yang paling kaya akan masalah penelitian. Kebanyakan keputusan
praktis didasarkan atas praduga yang tidak didukung oleh data empiris. Masalah
penelitian bisa diangkat dari hasil observasi terhadap suatu hubungan tertentu
yang masih belum memiliki dasar penjelasan yang memadai dan cara - cara rutin
yang di dalam melakukan suatu tindakan didasarkan atas tradisi atau otiritas.
Penyelidikan kemungkinan dapat menghasilkan teori yang baru, rekomendasi
pemecahan masalah praktis dan mengidentifikasi variabel yang belum ada dalam
bahasan litelatur.
2) Deduksi dari teori
Teori itu
sendiri merupakan konsep - konsep yang masih berupa prinsip - prinsip umum yang
penerapannya belum bisa diketahui selama belum dialkukan pengujian secara
empiris. Penyelidikan terhadap suatu masalah yang diangkat berasal dari teori
bermanfaat untuk memperoleh penjelasan secara empiris praktik tentang teori
tersebut.
3) Kepustakaan
Hasil dari
penelitian kemungkinan dapat memberikan rekomendasi akan perlunya dilakukan
suatu penelitian ulang (replikasi), baik dengan ataupun tanpa variasi.
Replikasi bisa meningkatkan validitas hasil penelitian dan kemampuan untuk
digeneralisasikan secara lebih luas. Laporan penelitian tidak jarang juga
menyampaikan suatu rekomendasi kepada peneliti lain mengenai apa saja yang
perlu dilakukan penelitian yang lebih lanjut. Hasil penelitian ini juga dapat
menjadi sumber untuk menentukan masalah yang perlu diangkat untuk dilakukan
suatu penelitian.
4) Masalah sosial
Masalah
sosial bisa juga menjadi sumber masalah penelitian. Seperti seringnya terjadi
perkelahian siswa antar sekolah, bisa memunculkan pertanyaan tentang
efektivitas pelaksanaan pendidikan agama dan moral serta pembinaan sikap
disiplin di lingkungan sekolah. Banyaknya pengangguran lulusan perguruan tinggi
juga dapat memunculkan pertanyaan tentang kesesuaian kurikulum dengan kebutuhan
masyarakat.
5) Situasi praktis
Pada tahap
pembuatan suatu keputusan tertentu, tidak jarang mendesak untuk dilakukannya
suatu penelitian evaluatif. Hasil penelitian ini sangat diperlukan guna
dijadikan dasar dalam pembuatan keputusan yang lebih lanjut.
6) Pengalaman pribadi
Pengalaman
pribadi bisa memunculkan masalah yang membutuhkan jawaban empiris guna
mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam.(Purwanto, 2010:109-111)
Menurut
Suryabrata (1994:61-63), sumber-sumber masalah yang dapat diidentifikasi
meliputi:
1) Bacaan terutama hasil penelitian
Rekomendasi
untuk penelitian lebih lanjut bisa menjadi sumber identifikasi masalah
penelitian. Pada umumnya tidak pernah ada penelitian yang hingga tuntas.
Penelitian selalu menampilkan masalah yang lebih banyak dari pada apa yang
dapat dijawabnya, karena itulah ilmu pengetahuan akan selalu berkembang dan
mengalami kemajuan.
2) Diskusi, seminar, pertemuan ilmiah
Diskusi,
seminar dan pertemuan ilmiah bisa menjadi sumber masalah penelitian, karena
para peserta bisa melihat hal - hal yang dipersoalkan secara profesional
sehingga muncul masalah.
3) Pernyataan pemegang otoritas (dalam
pemerintahan dan ilmu pengetahuan).
Sumber
masalah juga dapat berasal dari pernyataan pemegang otoritas, baik itu otoritas
pemerintahan maupun ilmu pengetahuan. Contoh pernyataan pemegang otoritas
pemerintahan yaitu pernyataan menteri pendidikan mengenai daya serap siswa SMU.
Contoh pernyataan otoritas ilmu pengetahuan yaitu pernyataan ahli pendidikan
mengenai penjurusan di SMU.
4) Pengamatan sepintas
Sumber
masalah bisa saja bersumber dari Pengamatan sepintas peneliti sendiri. Seperti
halnya, ahli kesehatan menemukan masalah saat melihat dari mana penduduk
memperoleh air minumnya.
5) Pengalaman pribadi
Pengalaman
pribadi sebagai sumber masalah penelitian berkaitan dengan sejarah perkembangan
dan kehidupan dengan sejatah perkembangan dan kehidupan pribadi atau
profesional. (Purwanto, 2010: 111-112 )
Masalah bisa
diartikan sebagai penyimpangan antara yang seharusnya (harapan) dengan apa yang
benar - benar terjadi (kenyataan), antara aturan dan pelaksanaan, antara teori
dengan praktek, antara rencana dengan pelaksanaan.Hal tersebut dengan
pernyataab Stonner (1982) bahwa masalah - masalah bisadiketahui atau dicari
jika ada penyimpangan antara pengalaman dengan kenyataan, antara apa yang
direncanakan dengan kenyataan, adanya pengaduan, dan kompetisi.
a) Terdapat penyimpangan antara pengalaman dengan kenyataan.
Seluruh apa
yang ada di dunia ini selalu berubah dan yang tetap hanya perubahan, akantetapi
tidak jarang perubahan itu tidak diharapkan oleh orang-orang tertentu, karena
akan bisa menimbulkan masalah. Orang yang kesehariannya menjadi seoarang
pemimpin di bidang pemerintahan harus beralih ke bidang pendidikan. Hal semacam
ini pada awalnya tentu akan muncul masalah. Orang biasanya menulis menggunakan
mesin ketik manual harus ganti dengan komputer, maka akan muncul masalah. Orang
atau kelompok yang biasanya mengelola pendidikan dengan sistem sentralisasi
lalu berubah menjadi desentralisasi, atau dengan Manajemen Berbasis Sekolah
(MBS) maka akan muncul masalah. Apakah masalahnya sehingga perlu ada perubahan.
Apakah masalahnya dengan sistem sentralisasi, sehingga perlu berubah menjadi
sistem desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan, apakah masalahnya
sehingga kebijakan pendidikan selalu berubah, ganti menteri ganti kebijakan?
Apakah masalahnya setelah terjadi perubahan?
b) Terdapat penyimpangan antara apa yang telah direncanakan dengan kenyataan.
Suatu
rencana yang sudah ditetapkan tetapi hasilnya berbeda dengan tujuan dari
rencana itu, maka tentu saja ada masalah. Mungkin masih ingat bahwa pada era
orde baru direncanakan pada tahun 2000 Bangsa Indonesia akan tinggal lantas
tetapi kenyataan tidak sama sekali, sehingga muncul suatu masalah. Dengan
adanya reformasi diharapkan harga - harga akan turun, dan ternyata tidak,
sehingga timbul masalah baru. Dengan kebijakan MBS, kualitas pendidikan akan
meningkat, tetapi ternyata belum terlihat. Direncanakan dengan adanya penataran
pengawasan melekat, maka akan menjadi penurunan dalam jumlah KKN, tetapi
ternyata tidak sehingga timbul masalah. Apakah masalahnya sehingga apa yang
telah direncanakan tidak menghasilkan kenyataan. Jadi untuk menemukan masalah
dapat diperoleh dengan cara melihat dari adanya penyimpangan antara yang
direncanakan dengan kenyataan.
c) Adanya pengaduan.
Dalam suatu
organisasi sekolah yang tadinya tenang tidak ada masalah, ternyata setelah ada
pihak tertentu yang mengadukan produk maupun pelayanan yang diberikan, maka
timbul masalah dalam organisasi itu. Pikiran pembaca yang biasanya dimuat di
dalam koran ataupun di majalah yang mengadukan kualitas pelayanan atau produk
suatu lembaga pendidikan, bisa dilihat sebagai masalah, karena diadukan lewat
media sehingga banyak orang yang menjadi tahu akan kualitas produk dan kualitas
pelayanan yang diberikan. Dengan demikian orang tidak akan membeli lagi atau
tidak menggunakan jasa lembaga itu lagi. Demonstrasi yang dilakukan oleh
sekelompok orang terhadap suatu sekolah atau perguruan tinggi juga dapat
menimbulkan masalah. Dengan demikian masalah penelitian dapat digali dengan
cara menganalisis isi pendaduan.
d) Ada kompetisi.
Adanya
saingan atau kompetisi sering dapat menimbulkan masalah besar, bila tidak dapat
memanfaatkan untuk kerja sama. Perusahan Pos dan Giro merasa mempunyai masalah
setelah ada biro jasa lain yang menerima titipan surat, titipan barang, ada
hand phone yang dapat digunakan untuk SMS, internet, e-mail. Perusahan Kereta
Api memandang angkutan umum jalan raya dengan Bus sebagai pesaing, sehingga
menimbulkan masalah. Tetapi mungkin PT. Telkom kurang mempunyai masalah karena
tidak ada perusahaan lain yang memberikan jasa yang sama lewat telepon kabel,
tetapi menjadi masalah setelah ada saingan telepon genggam (hand phone). Dalam
pendidikan, lembaga-lembaga pendidikan yang selama ini unggul di dalam negeri,
akan timbul masalah setelah ada perguruan tinggi asing boleh beroperasi di
Indonesia.
Dalam
proposal penelitian, setiap masalah harus ditunjukkan dengan data. Misalnya
penelitian tentang SDM, maka masalah SDM, harus ditunjukkan dengan data.
Masalah SDM misalnya, jumlah SDM yang terbata, jenjang pendidikan yang rendah,
kompetensi dan produktivitas yang masih rendah. Data masalah dapat diperoleh
dari hasil pengamatan pendahuluan terhadap hasil penelitian orang lain, atau
dari dokumentasi. Data yang diberikan harus up to date, lengkap dan akurat.
Jumlah data masalah yang dikemukakan tergantung pada jumlah variabel penelitian
yang ditetapkan untuk diteliti. Kalau penelitian berkenaan dengan 5 variabel,
maka data masalah yang dikemukakan minimal 5. Tanpa menunjukkan data, maka
masalah yang dikemukakan dalam penelitian tidak akan dipercaya.
Pada tabel
2.1 berikut diberikan contoh data tentang masalah SDM di Indonesia, yang
menduduki rangking 110 dari 179 negara. Ini menjadi masalah karena yang diharapkan
SDM yang berkualitas tinggi tetapi kenyataannya SDM yang ada kualitasnya lebih
rendah bila dibandingkan dari negara-negara lain.
Tabel 2.1
Human development index asean + 3 negara
No.
|
Country
|
Life expectancy (years)
|
Adult literacy rate (%)
|
Gros enrolment ratio (%)
|
GDP Per-capita (PPP US$)
|
HDI Rank
|
1.
|
Singapure
|
78,7
|
92,5
|
87
|
24,481
|
25
|
2.
|
Brunei
|
76.4
|
92,7
|
74
|
19,210
|
33
|
3.
|
Malaysia
|
73,2
|
88,7
|
71
|
9,512
|
61
|
4.
|
Thailand
|
70,0
|
92,6
|
73
|
7,595
|
73
|
5.
|
Philippanes
|
70,4
|
92,6
|
82
|
4,321
|
84
|
6.
|
Vietnam
|
70,5
|
90,3
|
64
|
2,490
|
108
|
7.
|
Indonesia
|
66,8
|
87,9
|
66
|
3,361
|
110
|
8.
|
Myanmar
|
60,2
|
89,7
|
48
|
1,027
|
129
|
9.
|
Cambodia
|
56,2
|
73,6
|
59
|
2,078
|
130
|
10.
|
Lao pdr
|
54,7
|
68,7
|
61
|
1,759
|
133
|
11.
|
Japan
|
82,0
|
–
|
84
|
27,967
|
11
|
12.
|
Korea
|
77,0
|
97,9
|
93
|
17,971
|
28
|
13.
|
China
|
71,6
|
90,9
|
69
|
5,003
|
85
|
Source: UNDP
– Human Development Report 2005. (Sugiyono,2012:52-55)
JENIS-JENIS MASALAH
Menurut
Purwanto (2010:109), berdasarkan pada jenisnya masalah bisa dikelompokkan
menjadi 3. Pertama, masalah deskriptif. Masalah deskriptif merupakan masalah
yang mendeskripsikan satu variabel pada satu kelompok tanpa menghubungkan
dengan variabel yang lain atau membandingkan dengan kelompok lain. Kedua,
masalah korelasi. Masalah korelasi merupakan masalah yang memuat hubungan
antara 1 atau lebih variabel dengan 1 atau lebih variabel yang lain. Ketiga,
masalah perbandingan. Masalah perbandingan merupakan masalah yang memuat perbandingan
1 atau lebih kelompok dalam 1 variabel.
Menurut
Sugiyono (2012), berdasarkan tingkat eksplarasinya, masalah penelitian bisa
diklasifikasikan kedalam tiga jenis bentuk masalah penelitian yaitu deskriptif,
komparasi dan asosiasi.
1. Permasalahan deskriptif
Permasalahan
deskriptif adalah suatu permasalahan yang berhubungan dengan variabel mandiri,
baik hanya pada 1 variabel atau lebih (variabel yang berdiri sendiri). Jadi
dalam penelitian ini peneliti tidak membuat perbandingan variabel itu pada
sampel yang lain, dan mencari hubungan variabel itu dengan variabel yang lain.
Penelitian semacam ini untuk selanjutnya dinamakan penelitian deskriptif.
Contoh
permasalahan deskriptif:
1)
Bagaimanakah
sikap masyarakat terhadap perguruan tinggi negeri Berbadan Hukum?
2)
Seberapa
baik kinerja Departemen Pendidikan Nasional?
3)
Seberapa
tinggi efektivitas kebijakan Manajemen Berbasis Sekolah di Indonesia?
4)
Seberapa
tinggi tingkat produktifitas dan keuntungan finansial Unit Produksi pada
Sekolah-sekolah kejuruan?
5)
Seberapa
tinggi tingkat kepuasan masyarakat terhadap pelayanan pelayanan pemerintah
daerah di bidang pendidikan?
6)
Seberapa
tinggi minat baca dan lama belajar rata-rata per hari murid-murid sekolah di
Indonesia?
Dari
beberapa contoh di atas terlihat bahwa setiap pertanyaan penelitian berkenaan
dengan satu variabel atau lebih secara mandiri( bandingkan dengan masalah
komparatif dan asosiatif).
Penelitian
yang bermaksud mengetahui kinerja Departemen Pendidikan Nasional, sikap
masyarakat terhadap perguruan tinggi berbadan hukum, efektivitas kebijakan MBS,
tingkat produktivitas dan keuntungan finansial Unit Produksi pada
Sekolah-sekolah Kejuruan; minat baca dan lama belajar rata-rata per hari
murid-murid sekolah di Indonesia adalah contoh penelitian deskriptif.
2. Permasalahan Komparatif
Permasalahan
Komparatif merupakan rumusan masalah penelitian yang membandingkan keberadaan 1
variabel atau lebih pada 2 atau lebih sampel yang berbeda, atau pada waktu yang
berbeda. Contoh perumusan masalahnya adalah sebagai berikut.
1)
Adakah
perbedaan prestasi belajar antara murid dari sekolah negeri dan swasta?
(variabel penelitian adalah prestasi belajar pada dua sampel yaitu sekolah
negeri dan swasta)
2)
Adakah
perbedaan disiplin kerja guru antara sekolah di Kota dan di Desa? (satu
variabel dua sampel)
3)
Adakah
perbedaan, motivasi belajar dan hasil belajar antara murid yang berasal dari
keluarga Guru, Pegawai Swasta dan Pedagang? (dua variabel tiga sampel)
4)
Adakah
perbedaan produktivitas karya ilmiah antara Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta
(satu variabel dua sampel)
5)
Adakah
perbedaan kompetensi profesional guru dan kepala sekolah antara SD, SMP, dan
SLTA. (satu variabel untuk dua kelompok, pada tiga sampel)
6)
Adakah
perbedaan daya tahan berdiri pelayan toko yang berasal dari Sekolah Menengah
Kejuruan dan Sekolah Menengah Atas.
3. Permasalahan Asosiatif
Permasalahan
Asosiatif merupakan rumusan masalah penelitian sifatnya menanyakan hubungan
antara 2 variabel atau lebih. Terdapat
tiga bentuk hubungan yaitu: hubungan simetris, hubungan kausal, dan
interaktif/resiprocal/timbal balik.
1) Hubungan simetris
Hubungan
simetris merupakan suatu hubungan antara 2 variabel atau lebih yang kebetulan
munculnya bersama. Jadi bukan hubungan kausal maupun interaktif. Contoh
perumusan masalahnya adalah sebagai berikut:
1.
Adakah
hubungan antara jumlah es yang terjual dengan jumlah kejahatan terhadap murid
sekolah? (variabel pertama adalah penjualan es dan ke dua adalah kejahatan) Hal
ini berarti yang menyebabkan kejahatan bukan karena es yang terjual. Mungkin
logikanya adalah sebagai berikut. Pada saat es banyak terjual itu pada musim
liburan sekolah, pada saat murid-murid banyak yang piknik ke tempat wisata.
Karena banyak murid yang piknik maka di situ banyak kejahatan.
2.
Adakah
hubungan antara warna rambut dengan kemampuan memimpin sekolah?
3.
Adakah
hubungan antara banyaknya radio di pedesaan dengan jumlah penduduk yang sekolah
?
4.
Adakah
hubungan antara rumah yang dekat rel
kereta api dengan jumlah anak?
5.
Adakah
hubungan antara jumlah payung yang terjual dengan jumlah murid sekolah?
Contoh judul
penelitiannya adalah sebagai berikut.
1.
Hubungan
antara rumah yang dekat rel kereta api dengan jumlah anak.
2.
Hubungan
antara jumlah es yang terjual dengan jumlah kejahatan terhadap murid sekolah.
3.
Hubungan
antara banyaknya radio di pedesaan dengan jumlah penduduk yang sekolah.
4.
Hubungan
antara warna rambut dengan kemampuan memimpin sekolah.
2) Hubungan kausal
Hubungan
kausal merupakan hubungan yang bersifat sebab akibat. Jadi disini ada variabel
independen (variabel yang mempengaruhi) dan dependen (dipengaruhi), contoh:
a)
Adakah
pengaruh pendidikan orang tua terhadap prestasi-prestasi belajar anak?
(pendidikan orang tua variabel independen dan prestasi belajar variabel
dependen).
b)
Seberapa
besar pengaruh tata ruang kelas terhadap efisiensi penbelajaran di SMA?
c)
Seberapa
besar pengaruh kepemimpinan kepala SMK terhadap kecepatan lulusan memperoleh
pekerjaan? (kepemimpinan variabel independen dan kecepatan memperoleh pekerjaan
variabel dependen).
d)
Seberapa
besar pengaruh kurikulum, media pendidikan dan kualitas guru terhadap kualitas
SDM yang dihasilkan dari suatu sekolah? (kurikulum, media, dan kualitas guru
sebagai variabel independen dan kualitas SDM sebagai variabel dependen).
Contoh judul
penelitiannya:
a)
Pengaruh
kepemimpinan kepala sekolah terhadap kecepatan lulusan memperoleh pekerjaan
pada SMK di Provinsi Indrakila.
b)
Pengaruh
pendidikan orang tua terhadap prestasi-prestasi belajar anak di SD Kabupaten
Alengkapura.
c)
Pengaruh
kurikulum, media pendidikan dan kualitas guru terhadap kualitas SDM yang
dihasilkan dari suatu sekolah.
3) Hubungan interaktif/resiprocal/timbal
balik
Hubungan
interaktif merupakan hubungan yang saling mempengaruhi. Di sini tidak diketahui
mana variabel independen dan dependen, contoh:
1)
Hubungan
antara motivasi dan prestasi belajar anak SD di kecamatan A. Di sini dapat
dinyatakan motivasi mempengaruhi prestasi tetapi juga prestasi dapat
mempengaruhi motivasi.
2)
Hubungan
antara kecerdasan dengan kekayaan. Kecerdasan dapat menyababkan kaya, demikian
juga orang yang kaya dapat meningkatkan kecerdasan karena gizi terpenuhi.
RUMUSAN MASALAH
Penelitian
dapat diibaratkan sebagai sebuah dialog atau tanya jawab. Dalam dialog, jawaban
diberikan atas pertanyaan yang telah diajukan. Kualitas jawaban tersebut sangat
ditentukan oleh ketepatan pertanyaannya. Pertanyaan itu merupakan masalah yang
hendak diusahakan pemecahannya melalui penelitian. Jawaban merupakan pemecahan
masalah berdasarkan atas data - data yang dikumpulkan dalam proses penelitian.
Oleh karenanya, kualitas pemecahan suatu masalah sangat bergantung pada
ketepatan perumusan masalahnya.
Perumusan
masalah merupakan kegiatan memformulasikan masalah penelitian ke dalam sautu
rumusan kalimat tanya. Perumusan dalam bentuk kalimat tanya dimaksudkan supaya
penelitian berada di dalam keadaan yang siap untuk melaksanakan aktivias guna
memberikan pemecahan masalah. Perumusan masalah merupakan kegiatan yang tidak
sembarangan. Dari pertanyaan yang salah tidak bisa diharapkan jawaban yang
benar. Pertanyaan yang berbeda mengarahkan pada kegiatan dan jawaban yang
berbeda pula. Kebenaran jawaban setengahnya ditentukan oleh ketepatan formulasi
pertanyaan masalah.
Perumusan
masalah harus memuat beberapa karakteristik. Menurut Bass, Dunn, Norton,
Stewart, dan Tudiver (1972: 20), perumusan masalah harus mengandung empat
karakteristik, yaitu: (1) memuat hubungan variabel, (2) dinyatakan secara jelas
dan tidak ambigu dalam bentuk pertanyaan, (3) memungkinkan pengumpulan data
untuk menjawab pertanyaan, (4) tidak menyatakan posisi moral atau etik.
1) Memuat hubungan variabel.
Perumusan
masalah harus dengan jelas memperlihatkan variabel yang hendak ditangani dalam
penelitian. Di samping itu, penelitian juga harus menjelaskan apa yang hendak
dilakukan atas variabel. Dengan menetapkan variabel dan hubungannya, maka
penelitian tidak bersifat eksploratif dan berangkat dari keadaan kosong.
Peneliti berada dalam keadaan siap mencari jawaban dan tidak spekulatif.
Pertanyaan yang baik tidak sekedar dibuat, tapi juga ditemukan.
2) Dinyatakan secara jelas dan tidak ambigu dalam bentuk pertanyaan.
Perumusan
masalah adalah pertanyaan penelitian yang akan dicari jawabannya sehingga harus
dirumuskan dala kalimat tanya. Rasa ingin tahu manusia ditandai dengan
pengajuan pertanyaan. Masalah dirumuskan dalam bentuk kalimat tanya untuk
menunjukkan semangat rasa ingin tahu. Dengan merumuskan masalah dalam bentuk
kalimat tanya maka peneliti berada dalam posisi siap untuk melakukan
langkah-langkah untuk mencari tahu jawabannya. Pertanyaan masalh mendorong
peneliti untuk merancang desain, menentukan metode, memilih teori, merancang
alat ukur pengumpulan data, dan merancang teknik yang diperlukan untuk
menganalisis data yang dikumpulkan.
3) Memungkinkan pengumpulan data untuk menjawab pertanyaan.
Masalah
harus dapat diuji secara empiris. Hal itu mengandung implikasi bahwa
variabel-variabel yang hendak diuji hubungannya harus memungkinkan pengumpulan
data. Kemungkinan pengujian empiris mempunyai implikasi bahwa masalah
menyatakan pengujian hubungan dan memungkinkan pengukuran variabel
(Kerlinger,1996: 29). Penelitian kuantitatif mengharuskan kesimpulan terbuka
untuk diverifikasi. Kesempatan untuk melakukan verifikasi dapat diperoleh bila
pengumpulan data dilakukan secara objektif, empiris, dapat diamati dan terukur.
Untuk itu masalah harus dirumuskan dengan cara tertentu yang melibatkan
variabel yang memungkinkan pengumpulan data.
4) Tidak menyatakan posisi moral atau etik.
Pertanyaan
ilmiah haruslah netral. Masalah moral atau etik terkait dengan penilaian
baik-buruk, indah-jelek, dan sebagainya, yang sarat dan moralistik. Misalnya:
guru yang baik, siswa yang sukses, metode mengajar yang efektif, dan
sebagainya. Pertanyaan demikian bukan pertanyaan yang baik prosedur validasinya
sukar karena konsensus sulit dicapai dan kriteriannya kontroversial. Ilmu haruslah
bebas nilai dan nertal supaya tidak bias. Penelitian kuantitatif mengejar
kebenaran yang bersifat positif, objektif, bebas nilai, terukur, dapat diamati,
serta dapat diuji. Oleh karenanya masalah yang dirumuskan tidak boleh valuatif
dan moralistik. Etika, norma dan moral sangat terikat pada budaya sehingga
kriterianya kontroversial. Oleh karena masalah terikat pada budaya maka hukum
umum dan universal yang menjadi tujuan penelitian tidak dapat dicapai.
Contoh
perumusan masalah
Berikut
dicontohkan kegiatan perumusan masalah dalam penelitian berjudul: “Hubungan
antara motivasi belajar dengan prestasi belajar siswa SMU di Surakarta Tahun
2007”.
A. Latar belakang masalah
Latar
belakang masalah dapat memuat informasi mengenai:
1.
Rendahnya
prestasi belajar siswa Indonesia di tingkat dunia dan rendahnya indeks sumber
daya manusia Indonesia.
2.
Tingginya
angka pengangguran terdididk yang mencerminkan rendahnya pengakuan dunia kerja
terhadap lulusan sekolah.
3.
Masih
tingginya angka ketidaklulusan siswa pada Ujian Nasional di Surakarta.
4.
Rendahnya
motivasi belajar melahirkan mental pendidikan yang asal lulus dan rendahnya
budaya kompetisi.
B. Identifikasi masalah
Sejumlah
masalah yang mempunyai potensi berhubungan dengan prestasi belajar dapat diidentifikasi
sebagai berikut:
1.
Hubungan
antara motivasi belajar dengan prestasi belajar.
2.
Hubungan
antara konsep diri dengan prestasi belajar.
3.
Hubungan
antara status sosial ekonomi dengan prestasi belajar.
4.
Hubungan
antara gaya hidup dengan prestasi belajar.
5.
Hubungan
antara minat belajar dengan prestasi belajar.
6.
Hubungan
antara sikap terhadap mata pelajaran dengan prestasi belajar.
7.
Hubungan
antara fasilitas belajar dengan prestasi belajar.
C. Perbatasan masalah
Dari
sejumlah masalah yang diidentifikasi, penelitian mambatasi pada “hubungan
antara motivasi belajar dengan prestasi belajar”.
D. Perumusan masalah
Berdasarkan
pada masalah yang dibatasi, maka dapat dirumuskan masalah: (1). Apakah terdapat
hubungan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar? Dan (2). Berapa besar
sumbangan motivasi belajar terhadap prestasi belajar? ( Purwaanto, M. Pd.)
Rumusan
masalah adalah salah satu tahap yang penting dalam penetuan tahap-tahap
penelitian selanjutnya. Rumusan masalah dikatakan baik bila dapat menjadi
petunjuk dalam pengumpulan data dan sinkron dengan tujuan penelitian.
Terdapat
tiga macam rumusan masalah, yakni:
1) Rumusan masalah deskriptif
Rumusan
masalah deskriptif merupakan rumusan masalah yang berkenaan dengan pernyataan
tergadap keberadaan variabel mandiri. Baik hanya pada satu variabel atau lebih.
Contoh:
Berapa lama kemampuan daya tahan dari lampu pijar merek A. Sehingga bisa
didapatkan hipotesis deskriptif HO kemampuan daya tahan lampu pijar merek A
sama dengan 700 jam. Dan diperoleh Ha kemampuan daya tahan lampu pijar merek A
tidak sama dengan 700 jam.
2) Rumusan masalah komparatif
Rumusan
masalah komparatif merupakan rumusan masalah yang dalam penelitiannya
membandingkan variabel (satu atau lebih) pada smpel atau waktu yang berbeda.
Misalnya, bagaimana perbedaan kedisiplinan PT. X pada departemen A dan
departemen B?
3) Rumusan masalah asosiatif
Rumusan
masalah asosiatif adalah rumusan masalah penelitian yang bersifat menanyakan
hubungan antara dua variabel atau lebih. Misalnya, apakah terdapat hubungan
imbalan dengan motivasi kerja?
Terdapat
beberapa cara dalam merumuskan masalah, antara lain:
1. Rumusan masalah jelas dan padat.
2. Rumusan masalah dirumuskan dalam bentuk
pertanyaan.
3. Rumusan masalah berisikan implikasi
adanya data untuk memecahkan masalah.
4. Rumusan masalah merupakan dasar dalam
membuat hipotesa.
Senada
dengan pendapat tersebut di atas Nazir(1988:143) mengemukakan bahwa:
1. Rumusan masalah berisikan implikasi
adanya data untuk memecahkan masalah.
2. Masalah biasanya dirumuskan dalam
bentuk pertanyaan.
3. Rumusan masalah hendaknyajelas dan
padat.
4. Masalah harus menjadi dasar bagi judul
penelitian.
5. Rumusan masalah merupakan dasar dalam
membuat hipotesa.
Lebih lanjut
lagi Nazir (1988:144-145) menyatakan bahwa terdapat 2 cara dalam
memformulasikan masalah penelitian. Pertama, dengan cara menurunkan masalah
dari teori yang ada. Dan kedua, mengadakan observasi langsung di lapangan.
Setelah masalah tersebut diformulasikan
maka langkah selanjutnya yiatu mambuat tujuan penelitian. Tujuan penelitian
merupakan sebuah pernyataan mengenai apa yang ingin untuk dicari atau yang
hendak ditentukan. Tujuan penelitian disini haruslah dinyatakan secara lebih
spesifik dari pada perumusan masalah. Jadi masalah merupakan suatu konsep yang
masih dalam bentuk abstrak, maka untuk tujuan penelitian harus dalam bentuk
yang lebih konkrit.
KESIMPULAN
Masalah
adalah suatu celah kosong di wilayah ketidaktahuan manusia. Penelitian
dilakukan guna mengisi kekosongan tersebut dan mengubah wilayah itu
ketidaktahuan menjadi pengetahuan. Perumusan masalah merupakan aktivitas yang
sangat menentukan dalam sebuah penelitian, karena masalah yang dirumuskan akan
mengarahkan seluruh aktivitas penelitian. Perumusan masalah ditentukan melalui
prosedur yang berurutan berawal dari mendeskripsikan latar belakang masalah
penelitian, mengidentifikasi masalah penelitian, membatasi masalah dan juga
merumuskan masalah penelitian. Masalah yang dirumuskan harus memenuhi 4 syarat
yaitu: dirumuskan menggunakan kalimat tanya, menyatakan hubungan variabel,
memungkinkan pengumpulan data dan tidak menyatakan posisi moral atau etik. Judul
penelitian ditentukan sesudah peneliti merumuskan masalah penelitiannya. Judul
bisa ditentukan terlebih dulu jika peneliti sudah merumuskan dalam pikiran
mereka tentang masalah penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
Prof. Dr.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan (pendekatan kualitatif,
kuantitatif dan R dan D). ALFABETA: Bandung
Purwanto, M.
Pd . 2010. Metodologi penelitian kuantitatif untuk Psikologi dan Pendidikan.
Pustaka pelajar: yogyakarta
0 Response to "Masalah Penelitian – Pengertian, Sumber, Jenis dan Rumusan"
Post a Comment