Jika Anda Seorang Guru, Manfaatkan Sosial Media agar Tidak di-POLISIKAN

Guru di-POLISIKAN – Belakangan ini sering kali beredar kabar miris di dunia pendidikan Indonesia, yang mana banyak guru yang dipolisikan karena suatu hal yang dianggap sebagian orang sepele. Misalnya guru dipolisikan karena mencubit siswa, guru disidang dipenjara gara-gara cukur rambut dan masih ada lagi yang lainnya. Cara mendidik dengan sedikit bumbu “kekerasan” memang bukanlah hal baru di dunia pendidikan kita. Karena metode semacam ini merupakan salah satu pendekatan dalam pendidikan yang dikenal dengan Pendekatan Reward and Punishment.

Pendekatan Reward and Punishment sendiri yaitu suatu pendekatan pendidikan yang siswa akan diberkan suatu hadiah bila melakukan suatu prestasi tertentu dan sebaliknya akan diberikan suatu hukuman bila melakukan kesalahan. Pendekatan ini sebenarnya merupakan suatu pendekatan yang awalnya digunakan untuk melatih hewan, misalnya anjing ataupun beberapa hewan sirkus lainnya. Kemudian pada masa lampau pendekatan Reward and Punishment ini juga diterapkan di dunia pendidikan. Pendidikan Indonesia mulai merasakan pendekatakan ini sejak mulai adanya pendidikan di penjajahan Jaman Belanda.

Bahkan karena dianggap efektif, pendekatan ini masih terbawa oleh guru-guru pribumi dalam mengajar siswanya. Sehingga tidak heran ada beberapa orang yang berpendapat cubitan dan pukulan kecil merupakan suatu hal yang wajar diberikan oleh guru karena bertujuan mendidik. Sebenarnya mendidik dengan cubitan maupun dengan pukulan yang kecil merupakan suatu hal yang salah.

Kenapa bisa begitu? Karena pada dasarnya tugas guru adalah mengajarkan suatu kebaikan, seperti kata peribahasa “Suatu kebenaraan/kebaikan bila dilakukan dengan cara yang salah/buruk maka hasilnya juga salah/buruk, dan suatu kesalahan/keburukan meskipun dilakukan dengan cara yang benar/baik maka hasilnya akan salah/buruk”. Jadi untuk mendidik siswa menjadi manusia yang baik maka perlu dilakukan dengn cara yang baik pula.

Dalam dunia pendidikan tidak semua siswa mempunyai mentalitas yang baik, ada yang malas bahkan ada pula yang sifatnya tempramental dan suka membangkang. Siswa yang baik tentu tidak akan memancing emosi sang guru, namun siswa yang suka membangkang dan melawan aturan inilah yang sering kali menaikkan darah para pengajar. Karena tuntutan profesi dan rasa sayang guru terhadap siswa, tidak jarang guru terpancing untuk menegakkan disiplin dengan tidakan yang sedikit berbau kekerasan seperti mencubit. Dan ujung-ujungnya seperti yang kita ketahui bersama guru banyak yang di-POLISIKAn karena orang tua si anak tidak terima.

Memanfaatkan Sosial Media

Berikut ini ada cara yang dapat Bapak/Ibu guru terapkan yaitu memanfaatkan media sosial. Bagaimana caranya? Berikut ini langkah-langkahnya.
  1. Isntalah aplikasi sosial media yang ada seperti WhatsApp dan Line, akan tetapi jangan menggunakan Facebook dan Twitter karena privasinya sangat kurang.
  2. Setiap guru wajib memiliki akun sosial media tersebut.
  3. Kepala Sekolah atau bisa Waka Kurikulum membuat grup chat yang anggotanya seluruh guru.
  4. Setiap wali kelas harus membuat grup chat yang anggotanya adalah seluruh orang tua atau wali murid.
  5. Pastikan nomor atau akun tersebut milik orang tua atau wali murid yang sesungguhnya.

Jika Anda Seorang Guru, Manfaatkan Sosial Media agar Tidak di-POLISIKAN
Setelah tahap di atas dipenuhi maka tugas anda sebagai guru tinggal mengajar seperti biasanya, bedanya bila anda menemui siswayang bermasalah atau menimbulkan masalah  yang memancing amarah. Bapak/Ibu guru tinggal merekam atau memotret dan kirimkan ke grup Chat Guru, dan selanjutnya Wali kelaslah yang bertugas untuk melanjutkan ke grup Chat Wali murid.

Kenapa ke grup Chat bukan ke jaringan pribadi (Japri), karena tujuan utamnya adalah agar seluruh orang tua tahu akan kelakuan atau tindakan si anak tadi. Syukur-syukur orang tua /wali murid si anak punya rasa malu atas kelakuan si anak, sehingga bisa mendidik anaknya dengan baik saat dirumah. Karena bagaimanapun juga orang tua tetap mempunyai kewajiban atas pendidikan dan moral si anak, meskipun si anak sudah disekolahkan. Karena tidak jarang si anak mengadu domba atara pihak sekolah dengan orang tua, dan hal semacam ini memang terjadi. Dan sering kali karena rasa sayang berlebih terhadap anak, orang tua justru lebih mempercayai si anak.

Karena takut kesalahannya di ketahui orang tua, si anak menceritakan hal yang berbeda yang mana seolah-olah guru dan pihak sekolahlah yang salah. Saya rasa bila orang tua punya penalaran yang baik mereka bisa memhami kenapa kita menerapkan sistem seperti ini. Dengan cara seperti ini saya berharap tidak ada lagi guru yang dijadikan pesakitan hanya karana ingin mendidik anak bangsa.

Baca juga artikel menarik lainnya, JiaJia Gadis Tercantik yang Pernah di Buat Manusia.

0 Response to "Jika Anda Seorang Guru, Manfaatkan Sosial Media agar Tidak di-POLISIKAN"

Post a Comment